Artikel

It's Up To You.. (Menyikapi Ilmu)

Ust. Fahmi Hadi Shalehuddin

13 April, 2025

It's Up To You.. (Menyikapi Ilmu)

    Begitu banyak macam ilmu yang ada di dunia dan terbagi menjadi banyak cabang. Secara garis besar ilmu itu terbagi menjadi dua; Ilmu agama dan ilmu keduniaan. Terdapat perbedaan di antara keduanya. Perbedaannya ada pada sifatnya. Ilmu agama bersifat fardhu 'ain, maknanya adalah wajib bagi setiap individu untuk mempelajarinya, sehingga siapapun berdosa jika tidak mempelajarinya. Sementara ilmu keduniaan bersifat Fardhu Kifayah maknanya adalah jika sudah ada yang mempelajarinya meskipun satu orang maka yang tidak mempelajarinya terbebas dari dosa. Namun jika tidak ada satu pun yang mempelajarinya maka semuanya berdosa. Untuk hidup di dunia ini saja diperlukan ilmu, karena ilmu itu adalah cahaya. Tanpa ilmu hidup itu akan terasa gelap, sulit, dan berat. Dengan adanya cahaya maka hidup di dunia ini akan menjadi terang, mudah, dan ringan. Dengan ilmulah semua permasalahan itu akan terungkap dan terpecahkan. Seseorang yang memiliki ilmu keduniaan, bisa jadi hal itu cukup untuk kehidupan di dunianya.

    Tapi masalahnya, manusia itu hidup bukan hanya di dunia, hidup di dunia hanya sementara, berakhir dengan kematian. Setelah mati selesailah hidup di dunia, kemudian meninggalkannya. Kematian yang mengakhiri kehidupan di dunia itu bukan akhir dari segala-galanya bagi manusia. Setelah selesai dengan kehidupan di dunia ada kehidupan berikutnya bagi manusia, yang justru itulah kehidupan sesunggunya bagi mereka, yaitu alam akhirat.

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ: كَانَتْ الْأَنْصَارُ يَوْمَ الْخَنْدَقِ تَقُولُ: نَحْنُ الَّذِينَ بَايَعُوا مُحَمَّدَا عَلَى الْجِهَادِ مَا حَيِينَا أَبَدَا، فَأَجَابَهُمْ النَّبِيُّ ﷺ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ لَا عَيْشَ إِلَّا عَيْشُ الْآخِرَهْ فَأَكْرِمْ الْأَنْصَارَ وَالْمُهَاجِرَهْ.

Dari Anas radliallahu 'anhu berkata,"Pada waktu (menggali parit untuk) perang Khandaq, orang-orang Anshar berkata,'Kami adalah orang-orang yang bai'at (janji setia) kepada Muhammad ﷺ untuk terus berjihad selama kami hidup". Lalu Nabi ﷺ menyambut ucapan mereka dengan bersabda,'Ya Allah, tidak ada kehidupan yang sesungguhnya melainkan kehidupan akhirat. Maka muliakanlah Anshar dan Muhajirin". H.R. Muttafaq alaih (Albukhari, no. 2741 & Muslim, no. 3370)

    Kehidupan akhirat itu ada beberapa tahapan yang semuanya itu dimulai dari alam Barzakh (qubur) dan berakhir di surga atau neraka yang bersifat abadi. Selamanya berada di sana dan tidak akan berpindah lagi. Yang berada di surga abadi dengan segala kenikmatannya. Sementara yang di neraka ada yang abadi ada juga yang tidak. Mereka yang abadi itu adalah orang-orang kafir, sementara yang tidak abadi adalah orang-orang Islam yang dosanya lebih banyak dari amal salenya.

    Seperti apa hakikat kehidupan di akhirat kelak? Tidak ada satu pun manusia yang tahu karena hal tersebut termasuk perkara ghaib, karena urusan ghaib itu tidak dapat dijangkau oleh akal dan kecerdasan manusia. Yang mengetahuinya hanya Allah ﷻ, kemudian Ia memberikan ilmu tentang akhirat itu kepada seluruh manusia. Ilmu tersebut Ia berikan kepada Rasulullah ﷺ sebagai utusannya, kemudian beliau menyampaikan ilmu itu kepada seluruh manusia.

    Setinggi apapun ilmu keduniaan seseorang, pasti tersesat dan celaka di akhirat jika tidak memiliki ilmunya, dan ilmu tersebut (tentang akhirat) hanya ada di dalam Islam.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ ذَكَرَ الصَّلَاةَ يَوْمًا فَقَالَ مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُورًا وَبُرْهَانًا وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ وَلَا بُرْهَانٌ وَلَا نَجَاةٌ وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ.

Dari Abdullah bin Amr radiyallahu anhuma, dari Nabi ﷺ, bahwa suatu hari beliau menerangkan tentang shalat, beliau bersabda,"Barangsiapa menjaganya, ia akan mempunyai cahaya, bukti dan keselamatan di hari kiamat. Dan barangsiapa yang tidak menjaganya maka ia tidak mempunyai cahaya, bukti dan keselamatan pada hari kiamat dan ia akan tinggal bersama Qarun, Fir'aun, Haman dan Ubay bin Khalaf." H.R Ahmad, no. 6288

Sungguh, hidup itu perlu cahaya, terutama di akhirat.

    Abu Lahab, salah seorang yang mendapat penjelasan langsung dari Rasulullah ﷺ namun ia menolak dan mengingkarinya. Mendapat penjelasan secara langsung bukan dalam arti ia mempelajarinya dari Nabi ﷺ, namun dalam kehidupan sehari-harinya ia sering mendengar dan melihat beliau ﷺ menyampaikann ajaran Islam. Dengan menolak dan mengingkari kenabian serta ilmu yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ dipastikan ia tidak akan menaati dan mengamalkannya. Dengan demikian ia dinyatakan sebagai manusia yang celaka!

    Sikap seperti ini ternyata tidak hanya ada pada orang kafir semacam Abu lahab. Tidak sedikit orang Islam yang bersikap seperti kafir, meskipun tidak mengingkari kenabian beliau. Ada yang terang-terangan menolak dan mengingkari, ada yang tidak menolak dan tidak pula mengingkarinya namun tidak mau mengamalkannya, dan ada juga yang tidak mau menerima dan memilikinya.

عَنْ أَبِي وَاقِدٍ اللَّيْثِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ بَيْنَمَا هُوَ جَالِسٌ فِي الْمَسْجِدِ وَالنَّاسُ مَعَهُ إِذْ أَقْبَلَ نَفَرٌ ثَلَاثَةٌ فَأَقْبَلَ اثْنَانِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ وَذَهَبَ وَاحِدٌ قَالَ فَوَقَفَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمَّا أَحَدُهُمَا فَرَأَى فُرْجَةً فِي الْحَلْقَةِ فَجَلَسَ فِيهَا وَأَمَّا الْآخَرُ فَجَلَسَ خَلْفَهُمْ وَأَمَّا الثَّالِثُ فَأَدْبَرَ ذَاهِبًا فَلَمَّا فَرَغَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا أُخْبِرُكُمْ عَنْ النَّفَرِ الثَّلَاثَةِ أَمَّا أَحَدُهُمْ فَأَوَى إِلَى اللَّهِ فَآوَاهُ اللَّهُ وَأَمَّا الْآخَرُ فَاسْتَحْيَا فَاسْتَحْيَا اللَّهُ مِنْهُ وَأَمَّا الْآخَرُ فَأَعْرَضَ فَأَعْرَضَ اللَّهُ عَنْهُ.

Dari Abu Waqid Al Laitsi radhiyallah anhu ia berkata,"Pada saat Rasulullah ﷺ sedang duduk di masjid bersama para sahabat, datanglah datang tiga orang laki-laki. Yang dua orang mendatangi Rasulullah ﷺ, sedang yang seorang lagi terus pergi begitu saja. Salah seorang di antara yang berdua tadi kemudian mencari-cari celah dalam halaqah (kumpulan) tersebut, lalu dia duduk di situ. Sedangkan seorang lagi mencari-cari tempat di belakang kemudian duduk di sana (tidak serius mengikutinya). Adapun orang yang ketiga dia pergi begitu saja. Setelah Rasulullah ﷺ selesai memberikan pengajian beliau bersabda,'Perhatikanlah! Maukah kuberitahukan kepada kalian tentang orang yang bertiga itu? Satu di antaranya mencari tempat di sisi Allah ﷻ, maka Allah ﷻ melapangkan tempat baginya. Orang yang kedua malu-malu, maka Allah ﷻ pun malu pula kepadanya. Dan orang yang ketiga jelas dia berpaling, maka Allah ﷻ berpaling pula daripadanya.'"H.R. Muttafaq Alaih (Albukhari, no. 454 & Muslim, no. 4042)

    Di ujung hadis di atas Rasulullah ﷺ menerangkan perbedaan sikap terhadapa ilmu dari tiga orang yang datang ke majlis beliau. Ternyata bagaimana seseorang berikap terhadap ilmu dari Rasulullah ﷺ (ilmu agama) itu menentukan bagaimana Allah ﷻ bersikap dan berbuat terhadap dirinya. Orang yang serius, bersemangat, dan antusias terhadap ilmu agama akan mendapat sikap yang sama dari Allah ﷻ terhadap dirinya. Allah bersikap serius, bersemangat, dan antusias, memperhatikan, dan memeliharanya. Orang yang malu-malu, setengah-setengah, dan tidak serius, Allah ﷻ pun bersikap seperti itu kepadanya. Orang yang berpaling, menghindar, dan menolak ilmu dari Rasulullah ﷺ maka Allah ﷻ pun akan berpaling dan menghindar darinya.

    Terkait dengan hal ini, Allah akan memberi balasan terbaik kepada siapapun yang bukan hanya serius, antusias, dan bersemangat dalam urusan ilmu, tapi ikut berperan dan berkontribusi dalam penyebaran ilmu dari Rasulullah ﷺ dengan segala daya dan upaya yang dimiliki hingga akhir hayat, seperti yang dilakukan oleh kaum Muhajirin dan Anshar yang berjanji setia dan berjihad (bersungguh-sungguh) mendukung dan membantu Rasulullah ﷺ dalam menjalankan tugasnya menyebarkan ilmu yang dibebankan kepada beliau. Dengan cara seperti itu, mereka mendapat jariyah pahala dari ilmu yang tersebar dan diamalkan oleh semua kaum muslimin di seluruh dunia hingga hari kiamat. Pantaslah mereka ditetapkan sebagai manusia-manusia terbaik sepanjang masa dengan imbalah masuk surga terbaik (surga Firdaus) dan masuk dengan cara terbaik; masuk surga tanpa hisab!!!

    Allah ﷻ adalah penguasa yang maha berkuasa lagi maha gagah perkasa. Allah ﷻ penguasa sesungguhnya di dunia dan di akhirat.

Allah ﷻ berfirman:

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّينِ

"Penguasa hari pembalasan." Q.S. Al-Fatihah (1) : Ayat 4

    Bagaimana nasib seseorang, sepenuhnya ada di tangan Allah ﷻ sang penguasa yang maha gagah, yang berwenang bertindak apapun. Seperti apa sikap, putusan, dan perlakuan Allah ﷻ terhadap seseorang, semuanya tergantung bagaimana orang tersebut menyikapi ilmu yang ia turunkan kepada Rasulullah ﷺ. Allah ﷻ berfirman:

وَمَآ أَدْرٰىكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ

"Dan tahukah kamu apakah hari Pembalasan itu?"

ثُمَّ مَآ أَدْرٰىكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ

"Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari Pembalasan itu?"

يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِّنَفْسٍ شَيْئًا  ۖ وَالْأَمْرُ يَوْمَئِذٍ لِّلَّهِ

"(Yaitu) pada hari (ketika) seseorang sama sekali tidak berdaya (menolong) siapapun. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah." Q.S. Al-Infitar (82) : Ayat 17-19

    Maka perlu ditekankan bahwa bagaimana sikap seseorang terhadap ilmu agama itu amat amat sangat menentukan nasib dirinya di dunia dan di akhirat!!!