Artikel

Dumb and Dumber

Ust. Fahmi Hadi Shalehuddin

11 April, 2025

Dumb and Dumber

    Di berbagai belahan dunia terdapat banyak keyakinan tentang tuhan. Dasar manusia memang bodoh, menetapkan sendiri tuhan yang disembahnya. Ada yang menjadikan benda tertentu yang ada di alam, ada juga yang membuat sendiri. Semua itu satu kemestian, karena fitrah manusia, yaitu sesuatu yang ada di dalam dirinya sebagai makhluk yang mengharuskan menghamba kepada tuhan. Sejak zaman Nabi Nuh AS hal itu telah terjadi. Zaman Nabi Nuh AS itu masih dekat ke waktu pertama Allah menempatkan manusia di bumi; Nabi Adam dan istrinya Hawa. Allah ﷻ berfirman:

وَقَالُواْ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمۡ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسۡرًا

"Dan mereka berkata, "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa', Yagus, Ya'uq, dan Nasr." Q.S. Nuh (71) : Ayat 23

    Nama-nama berhala yang disembah kaum Nabi Nuh adalah Wadd, Suwa', Ya'uq, Yaghuts dan Nasr. Berhala-berhala tersebut awalnya merupakan nama-nama orang saleh dari kaum Nabi Nuh. Wadd adalah putra Nabi Adam yang sangat saleh, juga dikenal dengan nama Syits. Wadd menjadi pemimpin bagi anak-anak Nabi Adam dan sangat dihormati karena keshalihan dan kebaikan akhlaknya. Suwa', Yaghuts, Ya'uq, dan Nasr adalah putra-putra Wadd. Mereka adalah hamba-hamba Allah yang bertakwa, mengikuti keyakinan Nabi Adam. Ketika mereka wafat, setan membisikkan kaum itu untuk mendirikan berhala pada majelis mereka dan menamakannya dengan nama orang-orang saleh itu. Hal ini terus berlangsung hingga zaman Rasulullah ﷺ.

    Di Zaman Rasulullah ﷺ ada dua kelompok besar kaum yang menyembah berhala. Kelompok pertama, ada Majusi yang menyembah api dan kaum Jahiliyyah yang membuat tuhan sendiri berupa arca. Apa yang menjadi landasan mereka sehingga demikian? Apakah ilmu, akal, atau apa? Ilmu, jelas bukan. Akal, juga bukan. Akal sehat manusia tidak akan membenarkannya. Akal sehat sebetulnya mengingkarinya. Allah ﷻ berfirman:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱتَّبِعُوا۟ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ قَالُوا۟ بَلْ نَتَّبِعُ مَآ أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَنَآ ۗ أَوَلَوْ كَانَ ءَابَآؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْـًٔا وَلَا يَهْتَدُونَ

Dan apabila dikatakan kepada mereka,"Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah! Mereka menjawab,'(Tidak), kami tetap hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari nenek moyang kami.' Padahal nenek moyang mereka itu tidak mengerti sedikit pun (tentang perbuatan mereka sendiri), dan tidak mendapat petunjuk.'" Q.S. Al-Baqarah (2) : ayat 170

    Jika bukan ilmu juga bukan akal, tidak ada lagi yang menjadi landasan mereka kecuali rasa, karena yang terdapat di dalam diri manusia itu hanya dua, yaitu rasa dan akal. Rasa itu muncul lebih dahulu di dalam diri manusia daripada akal. Namun nilainya jauh lebih rendah dibanding dengan akal. Berarti mereka itu berlandaskan sesuatu yang amat rendah dan teramat lemah untuk dijadikan landasan dalam menetapkan sesuatu yang sangat sangat besar, dalam hal ini masalah tuhan! Baik Majusi ataupun kaum jahiliyyah sama-sama salah dan sesat karena apa yang mereka yakini dan mereka amalkan bukan berdasarkan wahyu (ilmu) dari Allah.

    Bagaimana cara mereka menyembah, kapan dilakukan, dan sebaginya, mereka sendiri yang menentukan, karena api dan berhala itu tidak pernah memerintah dan melarang apapun. Bagaimana mereka beramal dan berprilaku sehari-hari pun terserah mereka sendiri. Benar dan salah, baik dan buruknya sesuatu itu mereka sendiri yang menentukan. Mereka ini, dan orang-orang yang disebut oleh Allah dengan Adh-dhalin (orang-orang yang sesat).

    Kelompok kedua, adalah yang di dalam Alquran disebut dengan Ahlul kitab (orang-orang yang memiliki kitab). Mereka adalah Yahudi dan Nashrani. Mereka disebut Ahlul kitab karena pada orang Yahudi ada kitab Taurat dan pada orang Nashrani ada Injil. Ketika Allah mengutus nabi terakhir dengan membawa Alquran, mereka menolak dan mengingkarinya. padahal menurut penjelasan yang ada di kitab mereka, Muhammad ﷺ itu benar, beliaulah orang yang dimaksud sesuai dengan apa yang ada di kitab mereka. Intinya adalah, mereka itu tahu yang benar, mereka punya ilmu, tapi tidak (mau) mengamalkannya. Mereka tetap berpegang kepada kitab yang ada pada mereka meskipun sudah tidak berlaku lagi karena kitab terbaru dari Allah telah datang. Mereka ini lah yang disebut dengan Almagdhubi alaihim (orang-orang yang dimurkai).

    Mereka inipun hakikatnya orang-orang yang perpegang kepada rasa. Akal mereka tidak bisa membantah kebenaran Muhammad ﷺ sebagai nabi. Namun rasa yang ada pada mereka yang berbicara. Mereka tidak suka nabi yang terakhir itu berasal dari kaum Quraisy. Mereka menginginkan nabi terakhir itu dari kalangan mereka, kalau bukan dari Yahudi, dari Nashrani. Baik kelompok Adh-dalin ataupun Almaghdhubi alaihim, hakikatnya sama saja, yaitu berpegang kepada rasa, padahal rasa itu pegangan paling rendah dan lemah untuk menentukan baik atau buruk, benar atau salahnya sesuatu.

    Pada akhirnya kedua kelompok itu adalah kelompok yang sesat. Mereka salah dan tersesat karena hidup tanpa ilmu yang benar. Kelompok pertama benar-benar tanpa ilmu sedangkan kelompok kedua berdasarkan ilmu yang salah. Ilmu yang benarnya disembunyikan oleh mereka. Kedua kelompok di atas itu adalah orang-orang yang durhaka. Mereka sama-sama tidak mau menerima ilmu yang diturunkan Allah melalui Nabi yang diutusnya. Kelompok pertama itu benar benar bodoh, sementara kelompok kedua pura-pura bodoh. Mana yang lebih buruk di antara keduanya? Yang benar-benar tidak tahu atau yang pura-pura tidak tahu?

    Orang yang berbuat salah karena tidak tahu tidak lebih buruk daripada orang yang sudah tahu tapi sengaja tidak melakukan atau sengaja melakukan yang berbeda dengan ilmunya. Orang yang pura-pura tidak tahu, Almaghdhub itu dimurkai, ini lebih buruk daripada orang yang tidak tahu; Ad-dhalin (sesat).

    Rasulullah ﷺ itu diutus di tengah-tengah mereka dan menyampaikan ilmu yang diterima dari Allah kepada mereka. Namun mereka tidak mau menerima dengan alasan masing-masing. Sebetulnya mereka ini orang-orang yang jauh tertinggal di belakang umat Islam. Penyebabnya adalah mereka ini hanya berpegang kepada rasa, selebih dari itu paling-paling akal. Dengan bersikap seperti itu mereka jadi tetap bodoh dan buta tentang akhirat, sehingga mereka tidak mempersiapkan bekal untuk di sana. Semua yang mereka lakukan itu hanya urusan keduniaan dan untuk di dunia. Mereka cinta dunia dan takut meninggalkan dunia. Sikap seperti itu merasuk ke dalam umat Islam. Padahal umat Islam itu memiliki ilmu dari Allah. Banyak sekali orang Islam yang tidak tahu ajaran Islam, sehingga menyerupai orang-orang kelompok pertama. Banyak juga yang menyerupai orang-orang kelompok kedua. Biar bagaimanapun, hakikatnya orang-orang Islam yang seperti mereka itu adalah orang-orang Islam yang mengikuti mereka, sehingga menjadi orang Islam yang Adh-dhalin atau orang Islam yang Almaghdhubi alaihim.

عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا، فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ. فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ؟ قَالَ: حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ.

Dari Tsauban radhiyalluhu anhu, ia berkata,"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,'Telah dekat masanya umat-umat ,(orang-orang kafir) mengerubuti kalian (umat Islam), layaknya memperebutkan makanan yang berada di atas piring.' Seorang laki-laki berkata,'Apakah kami waktu itu berjumlah sedikit?' beliau menjawab,'Justru jumlah kalian pada waktu itu sangat banyak, namun kalian seperti buih di genangan air (sangat lemah dan rapuh). Sungguh Allah akan mencabut rasa takut mereka kepada kalian, dan akan menanamkan ke dalam hati kalian Al wahn." Seseorang lalu bertanya,"Wahai Rasulullah, apa itu Al-wahn?" beliau menjawab,'Cinta dunia dan takut mati.'"H.R. Ahmad, no. 21363 dan Abu Dawud, no. 3745

    Cinta dunia dan takut mati. Itulah yang ada pada orang Islam. Seharusnya hal itu hanya ada pada orang kafir. Orang yang cinta dunia pasti takut mati, karena apabila mati maka meninggalkan yang dicintainya. Al-Wahn ini juga yang menyebabkan umat Islam menjadi lemah, rapuh, bodoh, dan terbelakang. Berada di belakang karena hanya mengikuti yang lain. Semestinya orang-orang Islam itu menjadi yang terdepan, menjadi yang paling maju dalam segala hal, dan visioner. Visioner karena pikran orang Islam itu sudah sampai ke akhirat, melewati batas kehidupan dunia. Namun syarat semua itu adalah konsisten berpegang kepada ajaran (ilmu) Islam. Orang Islam itu seharusnya jauh berada di depan meninggalkan kaum manapun.

عَنْ هَمَّامٍ عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ يَا مَعْشَرَ الْقُرَّاءِ اسْتَقِيمُوا فَقَدْ سَبَقْتُمْ سَبْقًا بَعِيدًا فَإِنْ أَخَذْتُمْ يَمِينًا وَشِمَالًا لَقَدْ ضَلَلْتُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا.

Dari Hammam dari Khudzaifah berkata,"Wahai ahli alquran (ummat Islam), bersikap istiqamahlah kalian, dengan demikian kalian telah menjadi pemenang yang jauh di depan, sebaliknya jika kalian lirik kanan kiri, kalian telah SESAT sesesat-sesatnya." H.R. Albukhari, no. 6739

    Secara garis besar Allah membagi manusia itu terbagi menjadi tiga kelompok. Tiga kelompok ini yang disebut di dalam surat Alfatihah. Yang pertama kelompok An'amta alaihim, kedua kelompok Almaghdhubi alaihim, dan ketiga kelompok Adh-Dhalin. Pembagian kelompok ini terkait dengan ilmu dan amal. Kelompok An'amta alaihim adalah orang yang berilmu dan beramal sesuai dengan ilmunya. Kelompok Almaghdhubi alaihim adalah orang yang berilmu tapi beramal tidak sesuai ilmunya. Kelompok Adh-dhalin adalah orang yang beramal tanpa ilmu. Dari ketiga kelompok ini yang selamat adalah kelompok yang pertama orang-orang An'amta alaihim yaitu orang-orang yang dilimpahi nikmat ilmu dan amal yang sesuai dengan ilmu.