Artikel

Raib

Ust. Fahmi Hadi Shalehuddin

22 March, 2025

Raib

    Allah ﷻ menuangkan ilmu-Nya yang tanpa batas dalam Alquran. Ilmu Allah tersebut Ia wahyukan kepada Rasul-Nya melalui malaikat Jibril yang ditetapkannya menjadi penyampai wahyu sejak nabi yang pertama sampai yang terakhir. Rasulullah ﷺ sebagai penerima wahyu tidak mungkin bisa memahami Alquran (ilmu Allah ﷻ) hanya berdasarkan kecerdasan yang beliau miliki. Karena itu Allah ﷻ menurunkan ilmu-Nya tidak hanya ayat-ayat Alquran saja, akan tetapi disertai dengan penjelasannya. Kalau hanya ayat-ayatnya saja, sekali dibacakan oleh malaikat Jibril beliau langsung hafal, karena beliau itu fathanah (jenius). Penjelasan tentang makna ayat-ayat Alquran itu diberikan juga oleh Allah kepada Rasulullah dengan cara yang sama dengan beliau mendapatkan Alquran, yaitu dengan cara melalui malaikat jibril.

Allah ﷻ berfirman:

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوٰىٓ

"dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut Al-Hawa (keinginannya)."

إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْىٌ يُوحٰى

"Tidak lain (Al-Qur'an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya),"

عَلَّمَهُۥ شَدِيدُ الْقُوٰى

"yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat,"

ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوٰى

"yang mempunyai keteguhan; maka (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli (rupa yang bagus dan perkasa)," Q.S. An-Najm (53) : Ayat 3-6

di dalam hadis berikut Rasulullah ﷺ menjelaskan tentang hal tersebut.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ. قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: مَا مِنْ الْأَنْبِيَاءِ نَبِيٌّ إِلَّا أُعْطِيَ مَا مِثْلهُ آمَنَ عَلَيْهِ الْبَشَرُ وَإِنَّمَا كَانَ الَّذِي أُوتِيتُ وَحْيًا أَوْحَاهُ اللَّهُ إِلَيَّ فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ تَابِعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anh, ia berkata,"Nabi ﷺ bersabda,"Tidak ada seorang nabi pun kecuali telah diberi keistimewaan-keistimewaan yang tidak diberikan kepada manusia lainnya sehingga orang-orang beriman padanya. Adapun semua yang diberikan padaku adalah wahyu yang Allah turunkan kepadaku. Maka aku berharap, bahwa adalah Nabi yang paling banyak pengikutnya pada hari kiamat." H.R. Albukhari, no. 4598

    Hafal ayat-ayat Alquran itu belum berilmu dengan ilmu Alquran, itu baru sebatas hafal redaksi ayatnya. Adapun berilmu Alquran itu adalah faham makna ayat-ayat Alquran, itupun tidak sebatas yang terdapat di redaksi ayat. Jadi redaksi ayat-ayat Alquran itu merupakan pintu gerbang untuk masuk ke dalam ilmu Allah yang tanpa batas itu.

Untuk memahami makna ayat-ayat Alquran itu perlu tafaqquh (pendalaman pemahaman) dengan ilmu alat yang cukup. Tanpa tafaqquh ayat-ayat Alquran itu tidak berarti apapun kecuali hanya sekedar berupa hafalan. Jika sebatas hafalan anak-anak usia balita pun sudah banyak yang hafal beberapa surat pendek, tapi pasti belum faham maknanya.

    Ilmu yang Allah ﷻ turunkan itu akan diambil-Nya kembali. Bukan ayat-ayat Alquran yang diambil-Nya, tapi pemahaman dari ayat- ayat Alquran. Pemahaman tersebut ada pada manusia yang faham Alquran. Rasulullah ﷺ bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا.

Dari Abdullah bin 'Amru bin Al 'Ash berkata,"Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,'Sesungguhnya Allah ﷻ tidak akan mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Ia mencabut ilmu dengan cara mewafatkan orang-orang berilmu hingga bila sudah tidak tersisa orang-orang berilmu maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan." H.R. Muttafaq alaih (Albukhari, no. 98 & Muslim, no. 4828)

Sabda Nabi ﷺ pada hadis di atas pasti terjadi. Beliau bersabda demikian bukan berdasarkan pikiran beliau dan juga bukan ramalan. Seperti menurut ayat dan hadis di atas, sabda beliau itu adalah wahyu dari Allah ﷻ. Maka, selama masih ada orang yang tafaqquh tentang Alquran berarti ilmu Allah ﷻ itu masih ada.

    Satu per satu orang yang berilmu itu diwafatkan oleh Allah ﷻ, hingga tidak tersisa. Ketika sudah tidak ada orang yang faham tentang Alquran, maka itulah masa ilmu Allah ﷻ sudah raib. Seperti itulah cara Allah ﷻ mengambil kembali ilmu yang diturunkan-Nya. Di dalam hadis lain Rasulullah ﷺ menyabdakan bahwa keberadaan Alquran itu sama sekali tidak menjadi indikasi bahwa ilmu Allah ﷻ itu masih ada.

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ وَسَلَّمَ فَشَخَصَ بِبَصَرِهِ إِلَى السَّمَاءِ ثُمَّ قَالَ هَذَا أَوَانُ يُخْتَلَسُ الْعِلْمُ مِنْ النَّاسِ حَتَّى لَا يَقْدِرُوا مِنْهُ عَلَى شَيْءٍ فَقَالَ زِيَادُ بْنُ لَبِيدٍ الْأَنْصَارِيُّ كَيْفَ يُخْتَلَسُ مِنَّا وَقَدْ قَرَأْنَا الْقُرْآنَ فَوَاللَّهِ لَنَقْرَأَنَّهُ وَلَنُقْرِئَنَّهُ نِسَاءَنَا وَأَبْنَاءَنَا فَقَالَ ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا زِيَادُ إِنْ كُنْتُ لَأَعُدُّكَ مِنْ فُقَهَاءِ أَهْلِ الْمَدِينَةِ هَذِهِ التَّوْرَاةُ وَالْإِنْجِيلُ عِنْدَ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى فَمَاذَا تُغْنِي عَنْهُمْ قَالَ جُبَيْرٌ فَلَقِيتُ عُبَادَةَ بْنَ الصَّامِتِ قُلْتُ أَلَا تَسْمَعُ إِلَى مَا يَقُولُ أَخُوكَ أَبُو الدَّرْدَاءِ فَأَخْبَرْتُهُ بِالَّذِي قَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ قَالَ صَدَقَ أَبُو الدَّرْدَاءِ إِنْ شِئْتَ لَأُحَدِّثَنَّكَ بِأَوَّلِ عِلْمٍ يُرْفَعُ مِنْ النَّاسِ الْخُشُوعُ يُوشِكُ أَنْ تَدْخُلَ مَسْجِدَ جَمَاعَةٍ فَلَا تَرَى فِيهِ رَجُلًا خَاشِعًا.

Dari Abu Ad Darda' dia berkata,"Ketika kami bersama Rasulullah ﷺ, beliau menengadahkan pandangannya ke langit kemudian bersabda,'Inilah saatnya ilmu dicabut dari manusia sehingga mereka tidak dapat mengetahuinya sama sekali (benar-benar hilang).' Kemudian Ziyad bin Labid Al Anshari bertanya,'Bagaimana ilmu dicabut dari kami, padahal kami membaca Al Qur'an? Demi Allah, kami pasti akan membacanya dan membacakannya kepada istri-istri dan anak-anak kami.' Maka beliau bersabda,'Alangkah malangnya dirimu wahai Ziyad, sesungguhnya aku menganggapmu termasuk orang yang faqih di Madinah, lihatlah kitab Taurat dan Injil milik Yahudi dan Nashrani, apakah bermanfaat bagi mereka?' Jubair berkata,'Kemudian aku bertemu dengan Ubadah bin Ash Shamith, maka aku bertanya,'Tidakkah kamu mendengar sesuatu yang dikatakan saudaramu yaitu Abu Ad Darda?' Maka aku memberitahukan kepadanya apa yang dikatakan oleh Abu Ad Darda. Dia berkata,'Abu Ad Darda benar, jika kamu berkehendak sungguh pasti aku ceritakan kepadamu tentang ilmu yang pertama kali akan diambil dari manusia yaitu Al Khusyu' (rasa khusyu'), tak lama lagi kamu masuk ke dalam masjid jami' namun kamu tidak melihat seorang pun di dalamnya orang yang khusyu." H.R. At-Tirmidzi, no. 2577

Kitab Taurat dan Injil masih ada hingga hari ini, tapi ilmu dari kitab-kitab tersebut sudah lama hilang. Hal seperti ini akan terjadi dengan Alquran. Alqurannya tetap ada, Allah yang menjamin demikian, tapi tidak dengan ilmunya.

    Hadis di atas menyebutkan bahwa Ilmu pertama yang akan dicabut oleh Allah dari manusia adalah Khusyu (rasa yakin akan pertemuan dengan Allah ﷻ). Inilah mata rantai pertama dari rangkaian raibnya ilmu. Jika sudah tidak yakin akan bertemu dengan Allah ﷻ, maka keinginan untuk mempelajari ilmu-Nya pun akan hilang. Hal ini bukan hanya terjadi di kalangan orang yang awam tentang ilmu agama, tapi juga para ulama, ustdaz, dan semacamnya. Bahkan merekalah sumber masalah umat Islam. Mereka yang mengajarkan dan menyebarkan penyimpangan lalu diikuti oleh orang-orang awam. Sementara orang-orang awan mengira bahwa yang diterimanya itu banar dari ajaran Islam.

عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ: يُوشِكُ أَنْ يَأْتِيَ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يَبْقَى مِنَ الْإِسْلَامِ إِلَّا اسْمُهُ وَلَا يَبْقَى مِنَ الْقُرْآنِ إِلَّا رَسْمُهُ مَسَاجِدُهُمْ عَامِرَةٌ وَهِيَ خَرَابٌ مِنَ الْهُدَى عُلَمَاؤُهُمْ أَشَرُّ مَنْ تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ مِنْ عِنْدِهِمْ تـَخْرُجُ الْفِتْنَةُ وَفِيهِمْ تَعُودُ. البيهقي، شعب الإيمان ٢‏/٧٨٨.

Dari Ali bin Abu Thalib radhiyallahu anhu ia berkata," Tidak lama lagi akan datang kepada manusia satu masa di mana tidak tersisa dari Islam ini kecuali tinggal nama, tidak tersisa dari Alquran ini kecuali tulisannya, masjid-masjid mereka megah tapi (isinya) jauh dari petunjuk (ilmu), dan para ulamanya manusia terburuk yang ada di kolong langit, dari merekalah datangnya fitnah (kerusakan agama) dan akibatnya akan kembali kepada mereka sendiri." H.R. Albaihaqi, kitab Syu'abul Iman, jilid II : hal. 788

    Islam tinggal nama, sebutan atau nama tersebut tidak akan hilang, tapi ilmu dan yang mengamalkannya yang tidak ada. Juga bukan karena kehilangan pemeluknya, tapi karena orang-orang Islam tidak punya ilmu tentang Islam, sehingga yang diamalkannya sehari-hari itu bukan ajaran Islam. Dengan kondisi demikian maka Islam itu sebetulnya tinggal nama. Alquran semakin banyak dicetak dalam berbagai media. Ayat-ayatnya tidak hilang, tapi hanya itulah yang tertinggal, sementara ilmu dan pemahamannya sudah tidak ada. Masjid-masjid semakin banyak dan megah, tapi amalan-amalan yang dikerjakan di dalamnya tanpa ilmu. Ulama dan untadznya bukan orang-orang yang benar-benar bermaksud menegakkan Islam. Mereka hanya memanfaatkan Islam untuk keuntungan pribadi yang bersifat keduniaan (kemasyhuran dan kekayaan). Keempat kondisi ini menunjukkan bahwa ilmu itu benar-benar telah raib!!!

Tanpa ilmu dari Allah (Islam), hidup manusia itu akan sesat dan menyesatkan orang lain seperti yang disebutkan pada hadis Muttafaq alaih di atas. Kalaupun tidak menyesatkan orang banyak, minimal keluarganya sendiri yang disesatkan. Allah ﷻ berfirman:

ۗ قُلۡ إِنَّ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ وَأَهۡلِيهِمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ ۗ أَلَا ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡخُسۡرَانُ ٱلۡمُبِينُ

Sesungguhnya orang-orang yang celaka ialah orang-orang yang mencelakakan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari Kiamat." Ingatlah! Yang demikian itu adalah kebinasaan yang nyata." Q.S. Az-Zumar (39) : Ayat 15